Di antara huru haranya:
Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi
dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada
hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu
langit menjadi lemah. (QS. Al-Haaqqah: 13-16).
Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan,
dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang
bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang
liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan. (QS. At-Takwiir: 1-6).
Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh
berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila
kuburan-kuburan dibongkar, (QS. Al-Infithar: 1-4).
Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah
semestinya langit itu patuh, apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa
yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Rabbnya, dan
sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui
akibat perbuatannya). (QS. Al-Insyiqaaq: 1-5).
Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat
didustakan (disangkal. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan
meninggikan (golongan yang lain),apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dasyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan
sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, (QS.
Al-Waaqi’ah: 1-6).
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuberkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin melihat hari kiamat seakan-akan melihat dengan pandangan mata telanjang, maka hendaklah ia membaca: Apabila
matahari digulung (QS. At-Takwiir: 1). Apabila langit terbelah, (QS.
Al-Infithar :1), Apabila langit terbelah,. (QS. Al-Insyiqaaq: 1).”
(Shahih. HR. Ahmad No. 4806. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah No 108. dan
At-Tirmidzi No. 3333 dan ini adalah lafazhnya, Shahih Sunan Abu Daud no
2653)
0 komentar:
Posting Komentar